Wilayah Jawa Barat yang dihuni oleh Suku Sunda memiliki adat istiadat yang berbeda dengan kawasan Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur yang ditinggali Suku Jawa. Seperti halnya pada upacara adatnya, yang memiliki kearifan lokal sendiri.
Nah, di bawah ini kami sajikan informasi menarik tentang upacara adat Jawa Barat tersebut. Silakan dibaca, ya.
Upacara Adat Jawa Barat dan Penjelasannya
1. Tradisi Reuneuh Mundingeun
Upacara adat yang satu ini adalah adat istiadat yang ada id Kota Bandung. Setiap ibu hamil yang usia kandungannya sudah 9 bulan, tapi bayinya belum lahir juga, maka umumnya akan diadakan Upacara Reuneuh Mundingeun.
Acara ini ditandai dengan membersihkan diri si ibu hamil, lalu mengaraknya mengeliling urmah sebanyak 7 kali. setelah itu, ibu hamil tersebut masuk ke rumah, seraya memanjatkan do’a supaya bisa segera melahirkan dengan mudah dan lancar.
2. Upacara Ngalaksa
Upacara Ngalaksa bisa ditemui di daerah Ranca Kalong, Sumedang. Ritual ini dimaksudkan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas panen yang melimpah.
Kegiatan ini ditandai dengan dibawanya padai ke lumbung, dengan menggunakan rengkong, yakni bambu panjang berlubang untuk membawa beras. Ngalaksa umumnya dilakukan setahun sekali, pada bulan Juni.
Uniknya, bunyi musik yang mengirinya, punya ritme yang sama dengan orang yang sedang berjalan memikul hasil bumi. Hal ini tampak pada rengkong yang digoyang-goyang.
3. Tradisi Gusaran
Upacara Gusaran dilakukan terhadap anak perempuan, dengan cara meratakan giginya dengan menggunakan peralatan khusus. Tak hanya itu, pada acara ini, anak perempuan akan ditindik atau dilubangi daun telinganya untuk dipasang anting-anting.
Pentingnya acara ini adalah untuk mendandani anak perempuan, bukan hanya cantik dari luarnya saja, tetapi juga memiliki inner beauty dari dalam.
4. Ngalungsur Pusaka
Upacara adat Ngalungsur Pusaka dapat dijumpai di daerah Garut. Tradisi tradisional ini umumnya dipinpin oleh seorang kuncen, yang masih melestarikan budaya leluhurnya dengan mensosialisasikan keberadaan barang-barang pusaka milik Sunan Rohmat Kudus.
Benda-benda pusaka tersebut merupakan peninggalan sejarah, yang menjadi bukti perjuangan Sunan Rohmat Kudus dalam menyebarkan Islam di daerah setempat. Setiap peserta yang hadir dalam prosesi ini, bisa melihat langsung pencucian benda pusaka tersebut.
5. Ngunjung/Munjung
Kegiatan Ngunjung maksudnya adalah mengunjungi makam oarang tua atau leluhur, sebagai wujud rasa syukur masyarakat. Umumnya, kegiatan ini banyak diadakan di daerah Indramayu, Cirebon, dan sekitarnya.
Adapaun tujuan dari acara ini adalah untuk memohon keselamatan, yang waktunya hanya dilaksanakan pada bulan Syuro dan Mulud, atau bisa juga saat seusai panen padi.
6. Tradisi Bubur Asyura
Ritual yang satu ini diadakan oleh masyarakat Cirebon tiap tanggal 10 Muharam, yang rangkaian acaranya dihubungkan dengan Dewi Kesuburan, yakni Nyi Pohaci Sanghyang Sri.
Maysrakat daerah tersebut berkeyakinan bahwa dengan diadakannya tradisi Bubur Asyura ini bisa mendatangkan ketentraman dan kesejahteraan bagi warga. Umumnya, acara ini dilakukan di luar rumah salah satu warga, atau bisa juga di tepi sungai, lapangan, atau lokasi lain.
7. Ngirab (Rebo Wekasan)
Upacara yang satu ini mempunyai nilai religius bagi warga yang tinggal di sekitar Sungai Drajat, Cirebon. Kegiatan ini ditandai dengan diadakannya ziarah kubur ke makam Sunan Kalijaga, yang umumnya dilakukan pada hari Rabu-Minggu terakhir pada bulan Shafar.
Adapun pemilihan waktu tersebut adalah karena dipercaya sebagai hari paling bagus untuk menolak kesialan dan bala dalam kehidupan. Rangkaian acara ini kemudian akan ditutup dengan lomba mendayung.
8. Upacara Nyalawean
Upacara keagamaan yang satu ini, biasa dilakukan di alun-alun Desa Trusmi, Cirebon. Adapun tujuannya adalah untuk memperingati hari lahir baginda Nabi Muhammad SAW.
Tradisi ini dilaksanakan selama 5 hari, dan dilaksanakan setelah 12 hari usai peringatan di Keraton Cirebon. Dalam rangkaian kegiatan ini, juga dilakukan ziarah makam leluhur untuk meminta kebahagiaan, kesejahteraan, dan rahmat.
9. Seren Taun
Tradisi Seren Taun diadalan dengan membawa padi dari sawah, dengan menggunakan Rengkong atau pikulan padi dari bambu. Acara seperti ini bisa dijumpai di wilayah Cigugur, Kuningan dan Sirnarasa Cisolok, Sukabumi.
Saat prosesi pengangkutan padi tersebut, juga ada iring-iringan tetabuhan selama perjalanan. Tujuannya adalah sebagai bentuk syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas panen yang berlimpah, serta untuk memohon kebaikan panen berikutnya.
10. Ngarot
Upacara Ngarot digelar pada saat musim tanam tiba, atau juga pada saat musim penghujan. Umumnya, tradisi ini banyak dijumpai di daerah Indramayu.
Kegiatan Ngarot ditandai dengan diadakannya arak-arakan menuju balai desa. Hal ini dilakukan sebai wujud syukur jepada Tuhan serta untuk memohon hasil pertanian yang penuh keberkahan.
11. Khitanan & Sepitan
Upacara khitanan ditujukan bagi anak laki-laki yang beranjak dewasa, dengan cara memotong ujung kulit kemaluannya supaya bersih dari kotoran dan najis. Kebiasaan pemitingan kulit kemaluan laki-laki ini merupakan kewajiban dalam ajaran Islam.
Sedangkan Sepitan adalah upacara yang ditujukan untuk bayi perempuan, yang biasanya dikhitan pada saat usianya beranjak 6 tahun. Kegiatan seperti ini kerap mengundang kerabat atau tetangga untuk turut menyaksikan prosesinya.
12. Tingkeban
Tradisi Tingkeban erat kaitanya dengan seorang ibu yang hamil dengan usia kandungan mencapai 7 bulan.
Tingkeban berasal dari kata Tingkeb, yang artinya tetutup. Maksudnya adalah, si ibu sudah tidak diperbolehkan lagi bercampur dengan suaminya selama 40 hari usai melahirkan. Selain itu, prosesi ini juga menjadi tanda bahwa si ibu harus mulai mengurangi porsi kegiatannya, sebab sudah hamil besar.
13. Tradisi Adat Pernikahan
Dalam rangakaian ritual adat pernikahan, banyak sekali prosesi yang dilakukan, baik sebelum akad maupun sesudah akad.
Tradisi sebelum akad nikah di antaranya adalah Neundeun Omong, Ngalamar, Seserahan, dan Ngeuyeuk Seureuh. Sedangkan untuk prosesi sesudah akad, terdiri atas Mumunjungan, Sawer, Nincak Endog, Buka Pintu, dan Huap Lingkung.
14. Tembuni
Tembuni adalah prosesi mengubur ari-ari jabang bayi yang baru lahir. Ari-ari tersbeut umumnya dimasukkan ke dalam sebuah kendi bercampur dengan gula merah, garam, dan asam, lalu ditutup dengan kain putih, untuk kemudian dikubur dalam tanah.
Tujuannya adalah supaya anak tumbuh menjadi anak bahagia, bebas kemalangan, sampai hari dewasanya kelak dan menikah, hingga hari tua.
15. Nenjrag Bumi
Nenjrag Bumi dilakukan oleh masyarakat bandung, dengan tujuan supaya anak bayi tidak gampang takut dan kaget atas gangguan-gangguan yang terjadi dari luar. Caranya adalah dengan meletakkan bayi di atas lantai bambu yang dibelah, lalu bambu tersebut diinjak-injak sebanyak 7 kali.
16. Tradisi Ekah
Tradisi Ekah adalah upacara penyembelihan kambing pada hari ke-7 atau ke-14 atau ke-21 setelah bayi lahir. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penebusan jiwa sang bayi kepada Tuhan yang Maha Esa. Jika bayinya perempuan, harus disembelih 1 ekor kambing. Sementara, jika bayinya laki-laki, harus menyembelih 2 ekor kambing.
17. Nurunkeun
Tradisi Nurunkeun adalah upacara adat Sunda yang ditujukan kepada bayi berumur 7 hari, yang mesti diajak keluar rumah. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengenalkan bayi dengan lingkungannya.
Prosesi ini ditandai dengan diajaknya bayi keluar halaman rumah dan dibuatkan pohon-pohonan. Nantinya, di pohon tersebut akan digantung beraneka ragam mainan, yang bakal jadi rebutan anak-anak kecil.
18. Cukuran
Prosesi yang satu ini dilakukan pada bayi berusia 40 hari, yang diawali dengan puji-pujian, lalu dilanjutkan pemotongan rambutnya sedikit dmei sedikit.
Tujuan dari tadisi ini adalah untuk mensucikan bayi dari najis, bersih lahir dan batin. Tak hanya itu, diharapkan juga si anak bisa tumbuh dan berkembang secara sehat dan bahagia.
19. Turun Taneuh
Saat bayi mulai menginjakkan kakinya ke tanah untuk pertama kalinya, maka pihak keluarga harus melakukan upacara Turun Taneuh. Pada prosesi ini, si bayi wajib memiliki aneka barang pemberian orang tuanya, mulai dari uang, emas, padai, dan sebagainya.
Apa yang diambil oleh si bayi ini, dipercaya akan menjadi jalan hidup yang ditempuh saat ia dewasa kelak. Misalnya saja, bayi memilih uang, maka dipercaya ia akan mendapat jalan yang mudah dalam menjemput rejekinya kelak.
20. Gusaran
Tradisi Gusaran ditujukan untuk anak perempuan, di mana giginya akan diratakan dengan alat khusus. Pada acara ini pula, daun telinganya akan dilubangi untuk dikenakan anting-anting.
Tujuan diadakannya tradisi adat ini adalah untuk mempercantik diri anak perempuan saat ia beranjak dewasa.
21. Pesta Bahari
Pesta Bahari banyak dilakukan di Pangandaran, Pelabuhan Ratu, CIamis, Sukabumi, dan daerah pesisir lainnya. Dalam tradisi ini, banyak sesajian yang diangkut oleh perahu nelayan, termausk juga kepala kerbau yang ditutup kain putih.
Kepala Kerbau tersebut kemudian dilemparkan ke laut, sebagai perembahan kepada penguasa lautan. Dengan begitu, diharapkan hasil tangkapan ikan selanjutnya semakin berlimpak dan juga jadi penolak bala.
22. Ruwatan Bumi
Tradisi Ruwatan Bumi dilakukan setiap kali bulan Februari di kabupaten Subang. Dalam acara ini, dilakukan beberapa rangkaian acara dari pagelaran seni gemyung pada malam hari, lalu mengarak Dewi Sri ke makam leluhur pada pagi harinya.
Upacara ini bertujuan sebagai bentuk rasa syukur, silaturahmi antar warga, sebagai penolak bala, dan bentuk penghormatan kepada para leluhur.
***
Demikianlah tadi, ulasan mengenai upacara adat Jawa Barat. Semoga informasi ini bisa memberi manfaat dan pengetahuan untuk pembaca sekalian. Untuk mengetahui beragam tema budaya lainnya, bisa Anda temukan secara lengkap di Selasar.com. Simak pembahasan tema Tari Pendet berikut ini.